Senin, 27 Juni 2011
Sebutkan lima permain terbaik di dunia saat ini. Bila kepada Anda diberikan pertanyaan seperti ini, adakah kemungkinan satu dari lima nama itu menyelip pesepak bola asli Inggris?
Bila Anda ragu-ragu menjawabnya, tentu lebih mudah menyebut satu pemain terbaik di dunia yang berkompetisi di tanah Inggris.

Inggris. Bila saya mengaitkan negara ini dengan sepak bola, yang lebih menonjol adalah kompetisinya. Siapa pencinta sepak bola yang tak kenal English Premier League (EPL)? Liga ini disebut-sebut sebagai yang terbaik di dunia. Tentu media Inggris punya peranan besar atas tersebarnya atribut tersebut ke seluruh pelosok dunia.Bagaimana dengan pemain dan prestasinya? Gelar Piala Dunia 1966 saat menjadi tuan rumah adalah the only one kebanggaan masyarakat Inggris di pentas elite sepak bola dari 13 kali penampilan di putaran final PD.Di Afrika Selatan 2010, laju Steven Gerrard dkk. hanya mencapai babak 16 besar karena dihentikan Jerman dengan skor 1-4.Di Piala Eropa, Three Lions tampil sebanyak tujuh kali dari 12 pergelaran. Prestasi? Hmm... belum pernah mencapi babak final. Mereka bahkan tidak lolos ke putaran final Euro 2008 di Austria dan Swiss.Lalu, mari lihat prestasi individu pemain Inggris di panggung bergengi bernama FIFA World Player of the Year. Sejak penghargaan pertama kali diberikan kepada Lothar Matthaeus (Jerman) pada 1991, tak satu pun pesepak bola Inggris yang meraihnya.Prestasi tertinggi pria Inggris adalah berada di posisi kedua yang diraih David Beckham ketika Rivaldo menjadi yang terbaik tahun 1999 dan Luis Figo (2001), serta Frank Lampard di bawah Ronaldinho (2005).Tapi, dalam daftar 10 klub dengan pengeluaran gaji rata-rata per tahun terbesar di dunia, EPL mengirimkan empat klubnya. Chelsea, dengan rata-rata gaji pemain per tahun sebesar 6 juta dolar AS berada di bawah Barcelona (7,9 juta) dan Real Madrid (7,4).Manchester City ada di peringkat kelima dengan 6,9 juta, diikuti Manchester United (5,1), Liverpool (4,9), dan Arsenal (4,1)  di posisi kedelapan, sembilan, dan sepuluh.Keberhasilan sejumlah klub Inggris berbicara di kompetisi antarklub paling elite di Eropa, UEFA Champions League, sungguh dijadikan alat oleh media setempat untuk mengatakan bahwa mereka memiliki kompetisi terbaik.Salah satu contohnya adalah ketika Liverpool, Man. United, dan Chelsea menguasai semifinal Liga Champion 2007/08 serta Man. United, Chelsea, dan Arsenal di semifinal kompetisi serupa setahun kemudian.Ketika The Young Lions yang dipimpin Stuart Pearce berlaga di Piala Eropa U-21 di Denmark 2011, penilaian tinggi terhadap sepak bola Inggris kembali menghantui saya.Sejak melihat gerak tubuh Michael Mancienne saat berhadapan dengan Javi Martinez  (Spanyol) sebelum laga dimulai, saya langsung meragukan kualitas The Young Lions. Sebagai kapten, body language alias bahasa tubuh Mancienne jauh dari kenangan saya terhadap seorang David Beckham.Seri 1-1 melawan Spanyol dan bermain tanpa gol kontra Ukraina. Di manakah kehebatan sepak bola Inggris yang begitu menguasai pemberitaan sepak bola dunia?"Tantangan terbesar tim Inggris adalah menciptakan peluang untuk mencetak gol dan menyelesaikannya." Bukankah ucapan Trevor Brooking, legenda hidup sepak bola Inggris yang terkenal sebagai gelandang West Ham United, menyinggung dasar sepak bola?Untuk apakah 11 pemain bekerja sama dalam satu tim dan berjuang dalam waktu yang sempit 2 x 45 menit? Membangun serangan dan mencetak gol demi kemenangan!Di Malaysia pada Piala Dunia U-20, saya merasakan langsung betapa pemberitaan terhadap timnas Inggris jauh dari apa yang diperoleh Argentina atau Brasil di awal kejuaraan. Contohnya, sosok Michael Owen disebut-sebut akan menjadi bintang.Hasilnya? Di babak 16, Inggris yang diasuh Ted Powell dihentikan Argentina yang akhirnya menjadi juara. Padahal, Powell diharapkan meneruskan kesuksesannya ketika membawa Inggris menjuarai Piala Eropa U-18 tahun 1993 mengalahkan Turki 1-0.Saya bukan menyepelekan sepak bola Inggris, kompetisi yang kerap memberikan kejutan dan tak henti mengajak jantung penontonnya ikut berdetak kencang.Yang ingin saya sampaikan adalah betapa baiknya EPL dikemas. Kekuatan bahasa Inggris dipakai untuk menguasai dan merangkul seluruh pencinta sepak bola di dunia. Media massa paham bahwa pemberitaan memakai bahasa Inggris kerap berdampak jauh dari kenyataan.English Premier League adalah raja di negeri sendiri, dan menjadi pangeran di sejumlah negara."Bung, bagaimana nasib kompetisi kita sesudah kongres PSSI nanti?" Saya paham, pertanyaan salah satu pembaca BOLA ini mengacu pada kehadiran Liga Primer Indonesia di sisi Liga Super Indonesia.Sungguh tak mudah menjawabnya ketika persaingan (pertengkaran) yang muncul untuk menguasai PSSI tak henti dan melelahkan. Bisakah kita mengemas kompetisi domestik menjadi raja di negeri sendiri seperti halnya EPL di Inggris?Semoga impian itu menjadi doa kita bersama, termasuk harapan terhadap fungsi dan peran pers di negeri sendiri. 

Sumber: Bolanews.com

Powered By Facebook

0 komentar:

Posting Komentar

Clock

Blogwalking

Labels

Blog Archive

About Me

Foto Saya
Bocah Petualang
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.

Page Rank

Visitor

free counters

Histats

CheatBox


ShoutMix chat widget